Seperti
yang saya janjikan sebelumnya, berikut catatan perjalanan saya selama
eksplorasi Turki, 30 Juni-7 Juli 2013. Target saya adalah mengunjungi 7 kota di
Kitab Wahyu di Alkitab dan tercapai. Terima kasih untuk setiap masukan dari rekan semua.
Saya sudah
berada di Turki, tepatnya di Istanbul sejak tanggal 25 Juni, untuk mengikuti
workshop. Saya menggunakan e-visa, yang bayarnya sama dengan VOA, 25 USD untuk
single entry, saya bayar dengan CC teman, kena kurs 9700 IDR. Saya ingin
mencoba e-visa ini dan ternyata prosesnya sangat cepat. Saya sarankan, bila ada
yang mau ke Turki, gunakan e-visa ini. Kemaren, waktu saya disana, banyak
sekali rombongan yang melakukan tur rohani sehingga pasti akan mengantri
panjang. Yang sudah memiliki e-visa, tidak perlu mengantri lagi.
Tiket
dibelikan panitia PP, dengan menggunakan Turkish Airline. Sejauh pengamatan
saya, penerbangan IST-CGK lebih baik fasilitasnya daripada CGK-IST. Sempat
transit di Changi, Singapore selama 1 jam-an. Kami tinggal di dormitory di
kampus Istanbul Technical University (ITU), seperti ITB-nya Indonesia.
Sewaktu
tiba di bandara Attaturk, saya sempat menukar EUR ke TL dan mendapat rate yang
bagus. Selama workshop, saya sempat jalan-jalan ke daerah Taksim dan juga
sempat menukar di money changer yang banyak terdapat disana (100 EUR = 247 TL).
Saya menyempatkan berfoto di depan Galata Tower, menikmati sunset di Galata
Bridge, dan memakan sandwich ikan (balik ekmek dalam bahasa Turki) di Eminonu.
Mengamati para pria yang memancing di sekitar daerah Galata. Saya sempatkan
juga jalan-jalan ke Hagia Sophia dan Blue Moosque, namun tidak masuk. Untuk
transportasi selama di Istanbul, saya membeli Istanbul Card (kosong seharga 6
TL) dan diisi sesuai kebutuhan. Kartu ini dapat digunakan untuk mengakses bus,
tram, dan metro, dengan harga yang bervariasi (1,25 – 1,5 TL per sekali naik,
dan akan lebih murah ketika naik kedua kali).
Acara
beres hari Minggu, 30 Juni, setelah sarapan. Saya dan teman-teman kemudian ke
daerah Taksim. Saya ingin membeli tiket bus untuk ke Bergama. Salah satu teman
Indonesia di Istanbul pernah menyarankan untuk saya mengambil tiket bus
jauh-jauh hari, karena sedang summer, jadi mungkin kehabisan. Namun, karena
jadual workshop yang cukup padat, saya baru mengambil tiket di hari H keberangkatan.
Bus Pamukkale yang saya inginkan ternyata penuh, dan saya datangi pool bus yang
lain, yaitu Metro, dan puji Tuhan, masih ada. Saya ambil untuk keberangkatan
paling malam (23.45). Mereka menyediakan shuttle bus untuk menuju terminal
Alibeykoy. Karena saya sudah punya jadual yang pasti, saya sekalian juga beli
tiket Nevsehir-Istanbul untuk tanggal 6 Juli, sesuai dengan jadual saya,
seharga 60TL. Ternyata, lebih baik membeli tiket yang dari Gerome (bukan
Nevsehir, Gerome adalah kota kecil), walaupun ada shuttle bus menuju Nevsehir.
Untuk backpacking, saya pergi sendiri. Untuk
menghemat pengeluaran, saya memilih menghabiskan waktu di bus apalagi untuk
yang jarak jauh. Untuk hotel/hostel/pension, saya sudah booking via
hostelworld.com dan booking.com. Dalam perjalanan, saya hanya membawa 1 tas
backpack dan 1 tas tangan.
Rute yang saya tempuh adalah sbb:
D1 (1 Juli): Bergama (Pergamus) & Akhisar
(Tiatira), eksplorasi Izmir (Smirna) menginap di Guzel Izmir Oteli, di Izmir
D2 (2 Juli): Alasehir (Filadelfia) & Sart
(Sardis), menginap di Nur Pension, di Selcuk
D3 (3 Juli): Selcuk (ikut 1 day tour ke Efesus), menginap
di Artemis Yoruk, di Pamukkale
D4 (4 Juli): Denizli (Laodikia) - Pamukkale,
menginap di bus malam
D5 (5 Juli): Cappadocia (ikut 1 day tour, yaitu
green tour), menginap di bus malam
D6 (6 Juli): Istanbul (ketemu teman CS), beli
oleh-oleh di Spice Bazaar
D7 (7 Juli): Istanbul-Jakarta
Bulan Juni-Juli termasuk high season sehingga
tempat-tempat wisata buka lebih lama (sampai pkl.19) dan beberapa tur harganya
lebih mahal dibanding musim lainnya. Di beberapa tempat, mereka menjual
barang-barang unik sesuai daerah masing-masing, termasuk kartu pos, yang
mungkin tidak akan kita temui di kota lain.
Untuk makan, saya go show saja, malah tidak pernah
makan kebab, karena saya tidak makan daging. Makan pagi sudah disediakan dari
penginapan. Makanan pokok di Turki adalah roti dan salad selalu tersedia untuk
menemani. Nasi dianggap sebagai cemilan, sehingga tidak selalu disediakan.
Rasanya pun berbeda dengan nasi yang biasa kita temukan di Indonesia. Teh
sering disediakan ketika bertemu orang Turki, yang dicampur dengan gula kotak
yang kalau dikasih 1, tidak ada rasa, sehingga min.dimasukkan 2 karena tehnya,
bagi lidah saya, cukup pahit. Air putih di beberapa restoran harus membayar
lagi dan harganya cukup mahal (1-2 TL). Sebaiknya beli air di supermarket, dan
dapat 1,5 L dengan 1 TL. Seperti yang rekan-rekan lain pernah ceritakan, untuk
ke toilet umum, harus membayar 1 TL.
Orang Turki selalu ramah dengan orang asing dan
sangat membantu. Beberapa kali saya diantarkan menuju tempat yang saya tuju.
Bahkan pernah, seorang bapak yang tidak dapat berbahasa Inggris, membayari saya
naik angkutan umum (karena harus pakai kartu, dan saya tidak punya), dan
memastikan saya naik angkutan yang benar menuju tempat yang saya inginkan.
Untuk bus, ada yang menyediakan wifi, namun saya tidak bisa BBM-an, tapi bisa
whats app. Di beberapa bus juga disediakan makanan dan minuman ringan, yang
kalau jarak jauh, ditawarkan beberapa kali. Ada beberapa yang menyediakan port
USB sehingga dapat men-charge. Ada juga yang menyediakan TV kecil (audio dan
visual), tapi saya sendiri tidak pernah menggunakan. Pernah saya coba tonton,
film adalah film berbahasa Inggris, namun tulisan Turki, sehingga saya tidak
dapat menikmati.
Yang saya amati juga, orang-orang yang bekerja di bus-bus
besar, baik supir, kondektur, atau yang menawarkan untuk naik busnya, semuanya
terlihat rapi, bahkan pakai dasi. Penampilannya sangat mentereng. Hal ini yang
tidak saya temukan di Indonesia.
D1 (1 Juli):
Bergama (Pergamus) & Akhisar (Tiatira), eksplorasi Izmir (Smirna) menginap
di Guzel Izmir Oteli, di Izmir
a.
Bergama
Saya naik bus
Metro seharga 65 TL untuk menuju Bergama, kota pertama yang saya datangi.
Shuttle bus menjemput di daerah Taksim untuk menuju ke terminal
Alibeykoy. Kesimpulan saya, terminal ini khusus untuk bus Metro. Penumpang
cukup banyak dengan tujuan berbeda-beda. Saya sebangku dengan seorang wanita
yang adalah ternyata pengajar bahasa Inggris di Turki bagian utara. Dia akan ke
Izmir untuk liburan. Kami berbincang-bincang selama perjalanan dan menunggu bus
kami datang. Busnya berangkat duluan dan bus saya berangkat sekitar pkl.24.00.
Di bus ini, saya sebangku dengan mahasiswi yang akan turun duluan dari saya
(saya lupa nama kotanya). Bus menyediakan wifi, makanan dan minuman ringan.
Saya dapat tidur dengan nyenyak walaupun bus berkali-kali berhenti untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
Saya tiba di Bergama otogar (station) sekitar pkl.09.00 dan langsung
diarahkan ke petugas bus Metro lainnya. Disini, saya mengalami pengalaman unik.
Di setiap kota, saya sudah menentukan akan kemana dan saya tuliskan di secarik
kertas. Tujuan awal saya adalah Red Basilica dan Asklepion. Si mbak dari Metro,
tidak dapat berbahasa Inggris. Saya kemudian diajak ke ruangannya dan diminta
untuk menulis di google translate dan kemudian dia akan membalas, dan begitu
seterusnya. Unik juga cara kami bernegosiasi. Setelah tahu tujuan saya, dan
kota yang akan saya datangi setelah itu (Akhisar), dia memberi masukan.
Kemudian, dia mengantarkan saya ke sebuah dolmus (angkot) yang akan membawa
saya ke tujuan saya. Dia kemudian menitipkan saya kepada supir dan seorang
rekannya, yang memang searah dengan saya, ikut dalam dolmus tsb. Dan ternyata,
ongkos saya dibayari. Untuk naik dolmus, ongkos dibayar di depan, langsung ke
supir atau keneknya.
Dolmus kemudian memasuki daerah pasar dan banyak ibu-ibu yang naik. Mereka
membawa tas yang bentuknya didorong seperti kereta bayi. Mereka menaruh belanja
disitu. Unik juga. Saya kemudian diturunkan, di tempat yang ternyata Acropolis.
Dari awal, saya memang tidak ingin ke Acropolis karena tiket masuk cukup mahal
(20 TL).
Saya kemudian berjalan dan tidak tahu harus ngapain. Saya melihat ada
beberapa taksi yang lewat untuk menuju Acropolis. Awalnya saya ingin berjalan,
tapi ternyata jalannya terjal. Dengan bawaan saya, saya pikir, saya tidak kuat.
Tapi di sekitar situ juga tidak ada angkutan umum. Waktu di otogar sebelumnya,
beberapa bapak memang menyarankan untuk naik taksi. Tapi saya pikir, taksi
adalah pilihan terakhir saya. Saya ingin bertanya ke orang lokal, sepertinya
mereka tidak dapat berbahasa Inggris. Di sekitar saya, ada ibu-ibu yang sedang
ngerumpi, dan ada seorang bapak yang sepertinya sedang menunggu.
Karena tidak dapat ide lain, saya memberanikan diri untuk menyapa si bapak.
Dan ternyata, dia dapat berbahasa Inggris, bahkan sangat lancar. Dia berasal
dari Pakistan yang sudah lama tinggal di Turki. Dia juga tahu mengenai
Indonesia dan pernah bekerja sama dengan orang Indonesia. Wah, ternyata, penilaian
saya di awal, salah.
Bapak ini kemudian menawarkan bantuan untuk mencarikan dan menawar taksi,
dan dapat dengan harga 10 TL. Ternyata si supir taksi adalah menantunya. Si bapak
memberi masukan untuk memaksimalkan daerah yang akan dilihat karena jadual saya
yang harus ke Akhisar dan menginap di Izmir. Matahari bersinar cukup terang dan
saya mengambil beberapa foto dan mengamati beberapa keterangan tempat. Ada
beberapa rombongan turis juga disitu. Saya selesai pkl.12.
Si bapak kemudian membantu saya mengambilkan taksi, untuk diantar turun dan
langsung ke terminal Kinik supaya naik bus ke Akhisar. Untuk mengucapkan terima
kasih, saya memberikan kain tenun yang saya dapat dari teman peserta workshop
dari Indonesia. Dia sangat berterima kasih. Harga taksi 15 TL, karena diantar
langsung ke terminal. Kalau dianalisa, ternyata termnial ini tidak jauh dari
pemberhentian taksi dan dapat dijalani dengan jalan kaki. Karena sudah
terlanjur, saya bayar saja.
Saat itu, perut saya pun keroncongan, karena belum makan nasi sejak hari
Minggu di Istanbul. Saya mencari rumah makan yang menyediakan nasi dan ketemu.
Karena tidak ada menu pilihan ikan, saya memilih ayam. Harga nasi dan ayam, 11
TL.
Di terminal bus, menunggu muatan dulu. Bus berangkat pkl.14.00, dan ternyata
tidak langsung ke Akhisar, tapi ke Soma dulu, dari Soma akan ke Akhisar (@ 7,5
TL). Setibanya di Akhisar, seharusnya saya dapat menitipkan tas dulu di
terminal tsb, tapi karena belum paham, saya bawa saja.
a.
Akhisar
Tujuan saya adalah Tepemezari. Saya
bertanya ke orang lokal dan disarankan naik dolmus (1,75TL). Supirnya masih
sangat muda. Setibanya di tempat, saya langsung masuk dan ternyata ada
penjaganya. Setelah mengambil foto, si pak penjaga menawari saya minum dan saya
dapat ke WC gratis. Dari beliau, saya mendapat brosur mengenai Tiatira. Beliau
sangat mengapresiasi pengunjung dari Indonesia. Dengan bahasa Inggris yang
terbatas, kami berkomunikasi seadanya. Saya sangat tersentuh dengan kebaikan
hatinya. Saya memutuskan tidak lama-lama, karena saya juga cukup lelah dan
ingin segera ke Izmir untuk mandi dan istirahat.
Saya kemudian menunggu dolmus untuk ke
otogar yang ternyata, kalau dijalani, tidak jauh. Saya membayar 1,5 TL untuk
dolmus yang saya naiki. Di otogar, saya ketemu lagi supir dolmus yang membawa
saya tadi ke Tepemezari. Saya langsung memesan tiket bus untuk ke Izmir (13
TL).
b.
Izmir
Setibanya di Izmir Otogar Station (IOS),
saya mencari shuttle bus untuk ke hotel yang sudah saya pesan, yang berada di
dekat stasiun KA Basmane. Komunikasi dengan pihak hotel sudah saya lakukan
sebelumnya untuk mendapat gambaran dimana tempat hotel tsb. Hotel
menginformasikan mengenai shuttle bus free ini. Setelah naik ke bus tsb, saya
turun di Basmane. Tidak begitu jauh, saya sudah menemukan Guzel Izmir Oteli. Saya diminta menunjukkan paspor dan membayar sisa booking, yaitu 40 TL.
Hotel ini memang cukup mahal untuk kantong saya, namun saya pikir, inilah yang
terbaik. Saya harus mendatangi 2 kota lagi dan Izmir berada di tengah-tengah.
Hotel ini juga dekat dengan tempat-tempat yang akan saya kunjungi. Izmir adalah
kota ketiga terbesar di Turki, setelah Istanbul dan Ankara. Transportasi dalam
kota juga menggunakan kartu, seperti di Istanbul, tapi saya tidak punya.
Saya memesan 1
kamar private dengan KM. Hotel menyediakan sarapan dan sebuah komputer yang
dapat dipakai gratis oleh pengunjung. Di kamar juga terdapat wifi. Hotel juga
dilengkapi dengan lift, namun di hari kedua, lift sempat mati. Saya dapat kamar
di lt.4. Resepsionis hotel sangat membantu. Saya tiba sekitar pkl.18.30. TL
saya sudah hampir habis, padahal money changer yang dekat dengan hotel, akan
tutup pkl.19.00. Di hotel, ada penukaran uang juga, namun tidak seperti di
money changer. Saya tuker 50 EUR ke 125 TL.
Saya kemudian mandi dan bersiap-siap
untuk mengejar sunset di Kordon. Menurut resepsionis, saya hanya perlu berjalan
sekitar 1 km, dan lurus saja, dan akan segera ketemu. Dengan PD-nya saya
berjalan, namun kok saya jadi ragu. Akhirnya, saya membelok. Namun, saya
menemukan 2 hal penting, yaitu Agora dan Sardis, yang sedang direnovasi
sehingga tertutup. Saya hanya mengambil fotonya saja. Karena penasaran, saya
bertanya ke orang lokal, dimana arah Kordon. Ternyata, sesuai dengan petunjuk
resepsionis hotel. Saya sudah benar, tapi karena keraguan, jadi nyasar.
Tiba di Kordon, sunset sudah lewat
(20.30), namun masih mendapat pendar-pendarnya. Saya berjalan-jalan di sekitar
situ dan mendapat view yang bagus dari Clock Tower, air yang meloncat, masjid,
dan bangunan yang menarik. Saya ingin makan malam, tapi bingung mau makan apa.
Akhirnya memutuskan kembali ke hotel saja dan istirahat. Ternyata, di dekat
hotel, banyak polisi karena sudah beberapa hari ada protes yang digelar di
daerah tsb (Konak square). Awalnya sempat khawatir juga, tapi ternyata tidak
ada masalah.
D2 (2 Juli):
Alasehir (Filadelfia) & Sart (Sardis), menginap di Nur Pension, di Selcuk
Hari ini saya akan mengunjungi dua kota,
dan menginap di kota berbeda. Sarapan mulai pkl.07.30 sehingga saya berangkat
setelah itu. Sarapan saya sederhana, hanya mengambil roti yang dicampur
mentega, corn flakes, dan telur rebus. Ada beberapa pengunjung lokal dan negara
lain yang juga menginap. Saya check out dan titipkan tas di hotel dan mereka memiliki
ruangan khusus untuk itu. Karena lift mati, saya harus menggunakan tangga dan
menaruh backpack saya di ruangan tsb.
a.
Alasehir
Menurut resepsionis, saya akan naik shuttle bus free lagi seperti hari
sebelumnya. Hanya tinggal menunggu dan akan dibawa ke otogar (stasiun bus)
Izmir. Ketika saya jalan ke depan, saya tidak menemukan shuttle bus yang
dimaksud. Saya juga sudah tanyakan ke petugas penjual tiket bus yang banyak
disitu, namun dia menyatakan bahwa saya harus naik angkutan umum. Ternyata,
saya harus beli tiket bus dulu di tempat-tempat penjualan tiket tsb, setelah
itu, mereka akan antar ke stasiun. Hal ini baru saya ketahui kemudian.
Saya tidak siap dengan situasi ini,
karena saya belum cari tahu angkutan apa untuk menuju otogar tsb. Saya kemudian
hanya berjalan dan akhirnya ketemu orang lokal yang seperti saya ceritakan di
atas, mengantar dan memastikan saya naik angkutan umum yang benar dan membayari
ongkos saya karena saya tidak punya kartu untuk baik bus. Singkat cerita, saya
tiba di otogar pkl.10.30. Saya segera membeli tiket bus ke Alasehir (17TL) dan
berangkat pkl.11.00.
Alasehir dapat dicapai dalam 2 jam, saya
tiba pkl.13.00. Tujuan saya adalah St. John’s Church. Saya kemudian bertanya ke
orang lokal dan dikatakan bahwa saya dapat jalan kaki saja untuk mencapai
tempat tsb. Beberapa kali bertanya, akhirnya saya tiba di tempat tsb, pkl
14.00. Saya tidak menemukan penjaga sehingga saya hanya masuk dan mengambil
foto. Setelah saya, ada rombongan turis juga yang datang. Tidak lama setelah
itu, saya langsung kembali ke stasiun bus dan menuju Sart (7TL). Karena belum
makan siang, saya beli pisang 2 buah seharga 3 TL.
a.
Sart
Perjalanan ke Sart ditempuh dalam waktu
1 jam, tiba pkl.15.30. Tujuan saya adalah gymnasium dan synagogue. Dari
turunnya bus ke tempat tsb, tidak ada angkutan umum, jalan kaki sekitar 500m.
Tiket masuk adalah 8TL, dan dapat diteruskan ke kuil artemis, sekitar 1 km
lagi. Karena panas, tidak ada angkutan, dan waktu tidak banyak, saya tidak
mengunjungi kuil artemis. Di tempat ini,
saya mengambil beberapa foto dan menikmati keterangan yang tersedia di papan
informasi. Setelah itu, saya kembali berjalan untuk naik bus menuju Izmir lagi.
Saya kemudian makan pizza yang terbuat dari jagung dan keju seharga 4TL.
Rasanya lezat sekali.
Dari Sart ke Izmir ditempuh dalam 1 jam
dengan harga 10TL. Saya kembali tiba di otogar Izmir pkl.18.30. Kembali saya
naik shuttle bus free ke Guzel
Izmir Oteli, namun harus
mengantri mendahulukan penumpang lain yang memang memiliki tiket bus dari bus
yang mereka beli tiketnya. Saya sendiri tidak membeli tiket dari bus-bus tsb,
namun tetap dibawa. Awalnya, saya ingin naik kereta api (KA) dari Basmane
(stasiun KA) Izmir ke Selcuk, namun jadual terakhir adalah pkl.19.10 sehingga
sudah lewat. Saya tiba kembali di hotel pkl.20.00. Saya meminta saran ke
resepsionis hotel dan disarankan untuk naik bus kecil saja. Saya tuker uang
dulu karena TL saya sudah habis, dan 50 EUR = 120 TL, kurang dari yang
sebelumnya. Resepsionis me-refer saya untuk naik bus Kamilkoc dan dapat harga
9TL. Kembali lagi, saya naik shuttle bus ke otogar Izmir, dari situ naik mini
bus (lebih besar dari dolmus) ke Selcuk. Saya tiba di Selcuk pkl.22.30.
b.
Selcuk
Hubungan dengan
pengelola Nur Pension, yaitu Ayako dan Ramazan, sudah saya lakukan jauh hari
sebelumnya. Saya dapat rekomendasi tempat ini dari buku “2,5 juta keliling
Turkiâ€. Ramazan akan menjemput saya di train station awalnya, namun karena
perubahan waktu, saya telfon dengan menggunakan telfon di Guzel Izmir Oteli. Ramazan kemudian memastikan, bahwa dia akan menjemput saya di stasiun bus
Selcuk. Dan setelah saya turun dari minibus, Ramazan langsung mengenali saya.
Karena saya hanya menginap semalam dan besok saya harus meneruskan perjalanan
ke Pamukkale, saya segera membeli tiket bus, dan mereka masih buka. Saya
membeli tiket bus Pamukkale seharga 30TL.
Untuk
penginapan, saya mengambil dormitory dengan 5 bed, dengan harga 10 EUR. Karena
masih punya euro, saya bayar dengan euro. Saya baru ngeh kalau dormitory ini,
dapat ditinggali oleh laki-laki dan perempuan dalam 1 kamar. Hahaha, shock
juga. Teman satu kamar saya adalah laki-laki, usia sekitar 50-an tahun,
berkebangsaan Italia. Dia sudah pernah mengunjungi Indonesia dan tahu beberapa
kata dalam bahasa Indonesia. Kami hanya berdua di kamar tsb. Si bapak sudah
menginap di pension ini kurang lebih 1 minggu dan memilih tempat tidur pojok
kanan dan saya memilih opposite, dekat pintu. Ramazan kemudian memperkenalkan
saya pada Ayako, istrinya yang berkebangsaan Jepang. Wajah Ramazan sendiri
terlihat bule dengan rambut pirang, agak berbeda dengan penampakan Asia
orang-orang Turki lain.
Di Selcuk, saya
hanya 1 hari sehingga Ramazan menyarankan saya untuk ikut tur saja, yaitu tur
Efesus. Termasuk di dalamnya adalah mengunjungi Rumah Maria, Efesus, kuil
Artemis, tiket masuk semua tempat, transportasi (diantar jemput), dan makan
siang, dengan harga 100TL. Beberapa teman yang melakukan tur yang sama di musim
lain, dapat harga 70TL. Namun karena summer, saya pikir worthed dan saya pun
mengikuti sarannya. Ramazan kemudian menelfon temannya dan dipastikan saya
dapat ikut dan akan dijemput di pension pada pkl.09.30 besok. Di dormitory ini,
saya dapat breakfast, dengan fasilitas standar yaitu kamar mandi luar yang
digunakan bersama yang lain, dan disediakan handuk dan sabun.
D3 (3 Juli):
Selcuk (ikut 1 day tour ke Efesus), menginap di Artemis Yoruk, di Pamukkale
a.
Selcuk
Saya sarapan yang disediakan oleh Ayako, dengan beberapa macam buah, roti,
dan teh. Saya juga meminjam setrika untuk menyetrika beberapa pakaian saya yang
belum disetrika. Pkl.09.30, saya dijemput oleh pihak tur dengan mobil kecil,
dengan tur leader yang bernama Alicia. Selama perjalanan, saya ngobrol dengan
Alicia yang memang bekerja secara freelance,
tidak bergabung dengan tur/grup besar. Bagi dia, tur/grup besar sering
meminta para guide untuk bekerja terus menerus sehingga tidak memiliki waktu
istirahat. Apalagi kalau summer seperti ini, mereka akan diminta untuk menemani
tamu terus menerus. Alicia kemudian memutuskan untuk bekerja freelance saja.
Kami kemudian menjemput teman jalan
yang lain. Teman jalan saya dalam tur ini adalah 4 wanita dari China, yang
ternyata setelah berkenalan lebih jauh, hanya 1 yang dapat berbahasa Inggris,
walaupun masih terbata-bata. Mereka adalah 4 orang ibu-ibu, yang tidak terlihat
kalau sudah berusia di atas 40 tahun. Kulit mereka bersih dan putih, masih
seperti usia 20 tahun. Wow, luar biasa. Kami menggunakan mobil sejenis APV.
Tempat-tempat yang kami kunjungi
adalah rumah Bunda Maria, melewati Aysoluk Hill, ke Efesus, tempat pembuatan
keramik, makan siang, dan ke kuil Artemis. Karena summer, begitu banyak turis
yang mengunjungi tempat-tempat ini. Bus-bus besar dan berdesakan kami rasakan
ketika mengunjungi rumah Bunda Maria.
Di rumah Bunda Maria, Alicia
menjelaskan secara terperinci kenapa tempat ini dipercayai sebagai rumah Bunda
Maria setelah penyaliban Yesus Kristus. Maria waktu itu, dititipkan kepada
Yohanes, salah satu murid Yesus. Dan dipercayai, bahwa Yohanes membangun sebuah
rumah untuk Maria, dekat dengan kota pelabuhan Efesus, namun tidak dekat hiruk
pikuk kota. Disini, ketika masuk ke dalam rumah, kita tidak diijinkan untuk
mengambil foto. Di dalam rumah, banyak orang ikut berdoa, dan saya pun ikut
berdoa. Setelah itu, kita dapat memasukkan sumbangan di kotak yang disediakan.
Keluar dari rumah, ada tempat untuk menyalakan lilin dan berdoa. Kami pun
melakukannya. Berjalan ke pintu keluar, ada air yang dapat diminum dan
dipercaya dapat menyembuhkan. Tidak jauh dari situ, terdapat dinding untuk
meletakkan doa dan harapan kita yang kita tulis dahulu. Saya pun mengikuti hal
ini.
D4 (4 Juli):
Denizli (Laodikia) - Pamukkale, menginap di bus malam
a.
Laodikia
Hotel menyediakan breakfast sejak
pkl.07.00, tapi saya baru start pkl.08.00. Makanan yang tersedia standar, mirip
dengan hotel lain. Disini, ada ibu-ibu yang membuat seperti roti tipis begitu
dan tamu dapat mengambil free. Saat sarapan, saya bertemu dengan teman peserta
workshop juga yang berasal dari Mexico. Dia baru tiba pagi ini dan akan ikut
tur.
Setelah sarapan, saya check out dulu dan
backpack saya taruh di tempat yang telah disediakan. Saya kemudian menunggu
Mustafa yang berjanji mengantar saya. Saya menunggu di ruang tunggu yang
menyediakan teh dan bacaan untuk tamu. Sambil menunggu, saya berkenalan dengan
traveler lain dari Spanyol dan Korea. Mustafa datang dan kami naik motor dan
tiba di Laodikia, sekitar 20 menit. Tiket masuk adalah 10TL. Kami ke tempat
informasi dulu dan dijamu teh. Disini, kita dapat meminjam peta mengenai
Laodikia atau membelinya. Karena meminjam, setelah selesai, saya kembalikan.
Saat ini, Laodikia masih dalam tahap
ekskavasi. Penelitian terus menerus dilakukan dan menurut informasi, tempat ini
luas sekali dan akan dibuat seperti Efesus. Kota ini adalah kota terakhir dari
7 ancient cities dan saya sangat puas dapat menjalani ketujuhnya. Kesimpulan
saya adalah semua kota mirip susunannya, dimana ada theater, agora (pasar), kuil
artemis, dan perangkat kota lainnya. Efesus dan Acropolis termasuk yang
terbesar dan terlengkap, sedangkan yang lain yang tersisa hanya sebagian kecil
saja.
b.
Pamukkale
Karena bus saya ke Gerome dari Denizli
berangkat pkl.21.00, saya punya banyak waktu di Pamukkale. Mustafa menyarankan
saya ikut paragliding dari tur yang dia bekerja di dalamnya. Saya tertarik dan
mengiyakan. Saya tidak punya euro lagi, dan TL saya sudah habis, hanya punya
USD. Untuk paragliding, saya membayar 130TL, dan memberi 100USD, dengan rate
yang tidak terlalu bagus (1USD = 1,75TL). Setelah membayar, saya kemudian
dijemput dengan mobil, beserta guide saya, Adam. Kami dibawa ke sebuah bukit
dan melakukan persiapan. Saya diberikan helm dan bantalan untuk kaki dan tangan
saya. Adam membawa kamera untuk foto dan rekam sehingga kadang saya diminta
untuk memegang. Perasaan saya dag-dig-dug, karena ini pengalaman pertama kali.
Tapi saya ikut saja petunjuknya.
Adam menyiapkan semua peralatan yang
dibutuhkan, seperti parasut dan kamera. Dia meminta saya untuk terus berlari
sehingga parasut dapat mengembang dengan baik. Saya diminta untuk berlari
menuju bendera merah yang memang sudah ada disitu sebelumnya. Dan...saya pun
melayang J Rasanya
amazed. Kami berada di ketinggian sekitar 20 menit. Kami berteriak ke
orang-orang di bawah kami, “Hello...†dan melambaikan tangan. Hamparan
travertines terlihat sangat kecil dan kami berputar mengelilingi. Saat
mendarat, saya agak jatuh, namun baik-baik saja.
Dari situ, kami kembali ke kantor Adam
untuk melihat video dan foto. Bagus-bagus. Adam akan mem-burn ke CD dan saya
diminta membayar 50TL lagi. Saya pikir, worthed lah. Setelah itu, saya agak
pusing karena darah rendah saya dan belum makan. Bersama Mustafa, kami makan
siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari situ. Saya memesan ramen, karena
ingin merasakan makanan Asia.
Mustafa kemudian meminta salah seorang
temannya untuk mengantar saya ke Hierapolis (di dalamnya, termasuk travertines)
dari pintu utara sehingga tidak terlalu capek untuk mendaki jika masuk dari
pintu selatan. Dia sendiri ada pekerjaan. Temannya mengantar dengan motor. Saya
membayar 20TL untuk masuk tempat ini. Karena cuaca panas sekali, saya menunggu
dulu untuk masuk dan berkenalan dengan tur guide yang sedang memandu rombongan.
Setelah itu, saya masuk dan mengambil foto saja. Karena kondisi kesehatan saya
juga agak menurun, saya tidak pergi ke tempat-tempat yang butuh jalan kaki agak
jauh. Saya juga tidak mandi di travertines. Banyak wisatawan yang mandi disini.
Saya hanya mengambil foto saja. Saya ingin masuk ke museum, tapi ternyata bayar
lagi (5 atau 10 TL, saya lupa). Saya pikir, tidak usah saja, karena saya juga
harus menghemat untuk next trip. Pkl.19.00 saya sudah kembali ke hotel. Sebenarnya
saya ingin menunggu matahari terbenam, tapi waktunya tidak mungkin.
Dari hotel, ada shuttle bus menuju
Denizli. Entah kenapa, sempat berbalik dan waktu tiba di Denizli sudah mepet
sekali sehingga saya harus berlari-lari menuju bus Metro ke Goreme.
D5 (5 Juli):
Goreme (Cappadocia) (ikut 1 day tour, yaitu green tour), menginap di bus malam
Perjalanan
dari Denizli ke Goreme ditempuh dalam waktu 9-10 jam, tiba pkl.07.00. Saya
sempat ragu apakah tetap akan jalan karena suhu tubuh saya agak demam. Saya
juga tidak akan menginap disini sehingga harus benar-benar fit. Setibanya di
Goreme, saya dihampiri oleh seorang bapak untuk menanyakan akan menginap dimana
dan menawarkan beberapa tur. Saya sebenarnya sudah tertarik untuk ikut green
tour, hanya harganya yang belum pas. Saat di Pamukkale, si anak yang menawarkan
saya tur juga sempat menawarkan tur ini dengan harga 100TL, tapi saya tolak.
Kebanyakan traveler bilang, bisa dapat 70TL, tapi ya itu, kalau summer, semua
mahal. Karena TL saya tinggal 100, saya tawar ke si bapak green tur 100TL, si
bapak kekeuh dengan 110TL. Akhirnya, saya setuju dengan 100TL dan 5 EUR yang
terakhir yang saya punya. Di kantong saya, saya hanya punya beberapa receh yang
harus saya hemat. Di dompet, masih ada USD, namun rate di tempat ini tidak
terlalu bagus. Saya pikir, saya akan tukar di Taksim saja, di Istanbul dan
pasti dapat rate bagus.
Setelah
harga disepakati, tur akan mulai pkl.09.30. Saya kemudian menuju toilet umum
dan mandi ala kadarnya. Segarnya air membuat tubuh saya segar dan merasa fit.
Waktu yang ada saya gunakan untuk berjalan-jalan ke pusat kota dan kembali ke
station tsb. Pkl.09.30 bus datang dan menjemput saya. Di dalam mini van, kami
15 peserta dengan seorang tour leader bernama Ali. Tempat-tempat yang kami
kunjungi adalah sebuah bukit dimana kita dapat melihat kota Goreme dan
sekitarnya, kota bawah tanah, Selime Cathedrale, Ihlara Valley, tempat
pembuatan batu perhiasan, dan pigeon valley. Termasuk di dalamnya, makan siang
di sebuah restoran (lupa namanya) yang memiliki fasilitas wifi.
Di
kota bawah tanah, menarik sekali bahwa peninggalan seperti ini dirawat dan
dijadikan tempat wisata. Di Selime, ada tempat yang pernah akan menjadi tempat
syuting Star Wars, namun tidak jadi karena kebijakan pemerintah Turki. Sebelum
ke Ihlara Valley, kami makan siang dahulu. Disini, untuk minum, kita membayar
sendiri. Untuk makan, sangat memuaskan. Kita disuguhkan sup dengan roti, salad,
nasi dan lauk, juga es krim, dan teh. Ihlara valley sangat menarik karena
dikelilingi oleh bukit dan pemandangan yang menakjubkan. Kami juga mampir ke
sebuah gereja (Agacalti) dan menemukan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa
peristiwa di Alkitab. Sepanjang jalan, ada sungai yang mengalir tenang dan kami
pun menyempatkan diri untuk berhenti sejenak dan beristirahat di sungai
tersebut. Di Pigeon Valley, kami tidak terlalu lama karena sudah lelah juga.
Kami selesai pkl.18.00 dan kembali ke stasiun bus. Pkl. 19.00, bus Metro
menjemput saya untuk ke Nevsehir, untuk saya lanjutkan ke Istanbul.
Regards,
Natalina
Natalina