Minggu, 01 September 2013

DI CHINA SEMUA BARANG BISA DIPALSUKAN. (daftar barang yang di palsukan)


Petugas polisi memeriksa botol-botol wine palsu yang disita sebelum mengancurkannya di Xi’an, provinsi Shaanxi, China.


Sebuah foto menunjukkan sebuah iPhone 3GS asli (kiri) bersama sebuah model palsu, di Beijing.


Tas tangan Louis Vuitton palsu dibeli dan dikirim dari sebuah situs online yang berbasis di China dipanjang di luar sebuah toko Louis Vuitton di Chevy Chase, Maryland, AS.


Rokok-rokok yang disita terlihat sebelum dihancurkan saat kampanye melawan produk tembakau palsu di Changzhi, provinsi Shanxi, China.


Charles Gaudfroy, manjer restoran Prancis, menunjukkan botol Romanee-Conti palsu yang ditemukan di sebuah toko wine di China bagian selatan. Toko minuman beralkohol, restoran, dan pusat perbelanjaan di China, negara dengan konsumen wine terbesar kelima di dunia, melancarkan pemberantasan wine palsu.


Botol-botol wine palsu yang disita dihancurkan oleh polisi di Nanning, Guangxi Zhuang, China


Pekerja China menghancurkan baterai-baterai palsu di Panyu, China selatan.


Tas tangan desainer palsu dipajang di dalam sebuah toko di Baiyun World Leather Market di kota Guangzhou, China selatan.


Konsumen dan pegawai terlihat di toko AP EL palsu di Kunming, provinsi Yunnan, China.


Dokumentasi Louis Vuitton termasuk dalam pengiriman pembelian tas imitasi dari situs online asal China dalam pengiriman yang akan dikirimkan ke sebuah kantor di Washington, AS. Ga kebaca Buke Pedoman.nya


Pria-pria di China mencoba membedakan perbedaan kemasan rokok yang asli dengan yang palsu di acara Consumer Rights Protection Day di Guangzhou.
Kalo Di Indonesia Rokok DJARU* C*KLAT gan


Polisi memeriksa obatan-obatan palsu yang disita setelah mereka menangkap sebuah kelompok pemalsu di Xuchang, provinsi Henan, China.
Sepertinya obat P*nadol yang di jual di indo


Petugas keamanan China bersiap-siap menghancurkan salinan DVD bajakan serial televisi AS ‘CSI: Crime Scene Investigation’ dalam sebuah upacara di Beijing.


Seorang penjual sedang menyusun perangkat lunak Microsoft bajakan di sebuah toko di Beijing


Perancang kaca mata asal Prancis Alain Mikli menunjukkan kaca matanya (atas), yang dijual seharga 250 pound (sekitar Rp4,08 juta), dan sebuah tiruan yang berharga 10 pound (sekitar Rp163.327), di sebuah konferensi pers mengenai anti-pemalsuan di Hong Kong.


Seorang petugas berbicara di samping tongkat golf palsu di gedung Beijing Administration for Industry and Commerce.


Seorang pembeli berjalan melewati jam tangan palsu murahan yang dipajang di sebuah area perbelanjaan di Shanghai.


Pegawai perusahaan sistem sanitasi Jerman, Hans Grohe AG, menggunakan buldoser untuk menghancurkan peralatan saluran air dan kamar mandi palsu buatan China.


Petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS Boris Sapozhnikov memajang sebuah botol obat palsu yang disita di bandara John F. Kennedy di New York. bisa" over dosis gan


Seorang penjual DVD bajakan menunggu pembeli di sebuah lapak ilegal di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong di China selatan.


Seorang inspektor memeriksa oli mesin bajakan yang disita di Guangzhou, provinsi Guangdong. oli top 1 one


Petugas hukum perdagangan memeriksa botol-botol wiski palsu yang disita sebelum menumpahkan isinya ke selokan saat kampanye besar-besaran pemusnahan produk-produk palsu di Wuhan, provinsi Hubei.


Seorang tentara memeriksa pelat kendaraan militer palsu yang disita di Luoyang, provinsi Henan.


Seorang pembeli memeriksa harga sebuah rak yang digunakan untuk menaruh CD di 11 Furniture Store di Kunming, provinsi Yunnan di China barat daya. Toko tersebut, yang mirip dengan toko mebel Ikea asal Swedia, adalah salah satu dari sejumlah bisnis di China yang meniru penampilan, suasana, dan pelayanan konsep perdagangan negara Barat yang sukses.


Perancang mode Yang Lifei membetulkan tiruan gaun pengantin Catherine, Duchess of Cambridge, di studionya di Suzhou, provinsi Jiangsu. Setelah gaun tersebut selesai, bisnis gaun pengantinnya menerima lebih dari setengah lusin pesanan di tempat asalnya dan di wilayah lain di China, serta Paris, dengan harga berkisar 300 pound (sekitar Rp4,8 juta) di China dan 850 pound (Sekitar Rp13,8 juta) di Prancis. Gaun pengantin yang asli dirancang oleh Sarah Burton dari Alexander McQueen, mengakhiri spakulasi selama berbulan-bulan di dunia mode menegnai siapa yang akan membuat salah satu pakaian yang paling ramai dibicarakan dalam dekade ini.


Petugas polisi melihat sebuah buldoser mengancurkan DVD porno dan publikasi bajakan yang disita di Xi’an, provinsi Shaanxi.


Seorang polisi lokal menyodok DVD bajakan sebelum mengancurkannya dalam sebuah kampanye di Shenyang, provinsi Liaoning.


Para penjaga toko menyusun sepatu-sepatu palsu merek luar negeri sambil menunggu konsumen di sebuah pusat perbelanjaan di Beijing.
Nik* , P*ma Made In China 1x pake langsung ancur gan


Para petugas melemparkan produk-produk palsu sebelum menghancurkannya dalam sebuah kampanye di Yining, China barat laut.


Seorang penjual menggenggam tiga dompet Louis Vuitton palsu sambil menunggu pembeli di Xiangyang Market yang terkenal di Shanghai.
Harganya 15Rebuan Gan

Jumat, 30 Agustus 2013

CATATAN PERJALANAN TURKEY 7 CHURCH - 7 gereja

Seperti yang saya janjikan sebelumnya, berikut catatan perjalanan saya selama eksplorasi Turki, 30 Juni-7 Juli 2013. Target saya adalah mengunjungi 7 kota di Kitab Wahyu di Alkitab dan tercapai. Terima kasih untuk setiap masukan dari rekan semua.


Saya sudah berada di Turki, tepatnya di Istanbul sejak tanggal 25 Juni, untuk mengikuti workshop. Saya menggunakan e-visa, yang bayarnya sama dengan VOA, 25 USD untuk single entry, saya bayar dengan CC teman, kena kurs 9700 IDR. Saya ingin mencoba e-visa ini dan ternyata prosesnya sangat cepat. Saya sarankan, bila ada yang mau ke Turki, gunakan e-visa ini. Kemaren, waktu saya disana, banyak sekali rombongan yang melakukan tur rohani sehingga pasti akan mengantri panjang. Yang sudah memiliki e-visa, tidak perlu mengantri lagi.

Tiket dibelikan panitia PP, dengan menggunakan Turkish Airline. Sejauh pengamatan saya, penerbangan IST-CGK lebih baik fasilitasnya daripada CGK-IST. Sempat transit di Changi, Singapore selama 1 jam-an. Kami tinggal di dormitory di kampus Istanbul Technical University (ITU), seperti ITB-nya Indonesia.


Sewaktu tiba di bandara Attaturk, saya sempat menukar EUR ke TL dan mendapat rate yang bagus. Selama workshop, saya sempat jalan-jalan ke daerah Taksim dan juga sempat menukar di money changer yang banyak terdapat disana (100 EUR = 247 TL). Saya menyempatkan berfoto di depan Galata Tower, menikmati sunset di Galata Bridge, dan memakan sandwich ikan (balik ekmek dalam bahasa Turki) di Eminonu. Mengamati para pria yang memancing di sekitar daerah Galata. Saya sempatkan juga jalan-jalan ke Hagia Sophia dan Blue Moosque, namun tidak masuk. Untuk transportasi selama di Istanbul, saya membeli Istanbul Card (kosong seharga 6 TL) dan diisi sesuai kebutuhan. Kartu ini dapat digunakan untuk mengakses bus, tram, dan metro, dengan harga yang bervariasi (1,25 – 1,5 TL per sekali naik, dan akan lebih murah ketika naik kedua kali).


Acara beres hari Minggu, 30 Juni, setelah sarapan. Saya dan teman-teman kemudian ke daerah Taksim. Saya ingin membeli tiket bus untuk ke Bergama. Salah satu teman Indonesia di Istanbul pernah menyarankan untuk saya mengambil tiket bus jauh-jauh hari, karena sedang summer, jadi mungkin kehabisan. Namun, karena jadual workshop yang cukup padat, saya baru mengambil tiket di hari H keberangkatan. Bus Pamukkale yang saya inginkan ternyata penuh, dan saya datangi pool bus yang lain, yaitu Metro, dan puji Tuhan, masih ada. Saya ambil untuk keberangkatan paling malam (23.45). Mereka menyediakan shuttle bus untuk menuju terminal Alibeykoy. Karena saya sudah punya jadual yang pasti, saya sekalian juga beli tiket Nevsehir-Istanbul untuk tanggal 6 Juli, sesuai dengan jadual saya, seharga 60TL. Ternyata, lebih baik membeli tiket yang dari Gerome (bukan Nevsehir, Gerome adalah kota kecil), walaupun ada shuttle bus menuju Nevsehir.


Untuk backpacking, saya pergi sendiri. Untuk menghemat pengeluaran, saya memilih menghabiskan waktu di bus apalagi untuk yang jarak jauh. Untuk hotel/hostel/pension, saya sudah booking via hostelworld.com dan booking.com. Dalam perjalanan, saya hanya membawa 1 tas backpack dan 1 tas tangan.


Rute yang saya tempuh adalah sbb:

D1 (1 Juli): Bergama (Pergamus) & Akhisar (Tiatira), eksplorasi Izmir (Smirna) menginap di Guzel Izmir Oteli, di Izmir

D2 (2 Juli): Alasehir (Filadelfia) & Sart (Sardis), menginap di Nur Pension, di Selcuk

D3 (3 Juli): Selcuk (ikut 1 day tour ke Efesus), menginap di Artemis Yoruk, di Pamukkale

D4 (4 Juli): Denizli (Laodikia) - Pamukkale, menginap di bus malam

D5 (5 Juli): Cappadocia (ikut 1 day tour, yaitu green tour), menginap di bus malam

D6 (6 Juli): Istanbul (ketemu teman CS), beli oleh-oleh di Spice Bazaar

D7 (7 Juli): Istanbul-Jakarta


Bulan Juni-Juli termasuk high season sehingga tempat-tempat wisata buka lebih lama (sampai pkl.19) dan beberapa tur harganya lebih mahal dibanding musim lainnya. Di beberapa tempat, mereka menjual barang-barang unik sesuai daerah masing-masing, termasuk kartu pos, yang mungkin tidak akan kita temui di kota lain.


Untuk makan, saya go show saja, malah tidak pernah makan kebab, karena saya tidak makan daging. Makan pagi sudah disediakan dari penginapan. Makanan pokok di Turki adalah roti dan salad selalu tersedia untuk menemani. Nasi dianggap sebagai cemilan, sehingga tidak selalu disediakan. Rasanya pun berbeda dengan nasi yang biasa kita temukan di Indonesia. Teh sering disediakan ketika bertemu orang Turki, yang dicampur dengan gula kotak yang kalau dikasih 1, tidak ada rasa, sehingga min.dimasukkan 2 karena tehnya, bagi lidah saya, cukup pahit. Air putih di beberapa restoran harus membayar lagi dan harganya cukup mahal (1-2 TL). Sebaiknya beli air di supermarket, dan dapat 1,5 L dengan 1 TL. Seperti yang rekan-rekan lain pernah ceritakan, untuk ke toilet umum, harus membayar 1 TL.
Orang Turki selalu ramah dengan orang asing dan sangat membantu. Beberapa kali saya diantarkan menuju tempat yang saya tuju. Bahkan pernah, seorang bapak yang tidak dapat berbahasa Inggris, membayari saya naik angkutan umum (karena harus pakai kartu, dan saya tidak punya), dan memastikan saya naik angkutan yang benar menuju tempat yang saya inginkan. Untuk bus, ada yang menyediakan wifi, namun saya tidak bisa BBM-an, tapi bisa whats app. Di beberapa bus juga disediakan makanan dan minuman ringan, yang kalau jarak jauh, ditawarkan beberapa kali. Ada beberapa yang menyediakan port USB sehingga dapat men-charge. Ada juga yang menyediakan TV kecil (audio dan visual), tapi saya sendiri tidak pernah menggunakan. Pernah saya coba tonton, film adalah film berbahasa Inggris, namun tulisan Turki, sehingga saya tidak dapat menikmati.  
Yang saya amati juga, orang-orang yang bekerja di bus-bus besar, baik supir, kondektur, atau yang menawarkan untuk naik busnya, semuanya terlihat rapi, bahkan pakai dasi. Penampilannya sangat mentereng. Hal ini yang tidak saya temukan di Indonesia.
D1 (1 Juli): Bergama (Pergamus) & Akhisar (Tiatira), eksplorasi Izmir (Smirna) menginap di Guzel Izmir Oteli, di Izmir

a.             Bergama
Saya naik bus Metro seharga 65 TL untuk menuju Bergama, kota pertama yang saya datangi. Shuttle bus menjemput di daerah Taksim untuk menuju ke terminal Alibeykoy. Kesimpulan saya, terminal ini khusus untuk bus Metro. Penumpang cukup banyak dengan tujuan berbeda-beda. Saya sebangku dengan seorang wanita yang adalah ternyata pengajar bahasa Inggris di Turki bagian utara. Dia akan ke Izmir untuk liburan. Kami berbincang-bincang selama perjalanan dan menunggu bus kami datang. Busnya berangkat duluan dan bus saya berangkat sekitar pkl.24.00. Di bus ini, saya sebangku dengan mahasiswi yang akan turun duluan dari saya (saya lupa nama kotanya). Bus menyediakan wifi, makanan dan minuman ringan. Saya dapat tidur dengan nyenyak walaupun bus berkali-kali berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Saya tiba di Bergama otogar (station) sekitar pkl.09.00 dan langsung diarahkan ke petugas bus Metro lainnya. Disini, saya mengalami pengalaman unik. Di setiap kota, saya sudah menentukan akan kemana dan saya tuliskan di secarik kertas. Tujuan awal saya adalah Red Basilica dan Asklepion. Si mbak dari Metro, tidak dapat berbahasa Inggris. Saya kemudian diajak ke ruangannya dan diminta untuk menulis di google translate dan kemudian dia akan membalas, dan begitu seterusnya. Unik juga cara kami bernegosiasi. Setelah tahu tujuan saya, dan kota yang akan saya datangi setelah itu (Akhisar), dia memberi masukan. Kemudian, dia mengantarkan saya ke sebuah dolmus (angkot) yang akan membawa saya ke tujuan saya. Dia kemudian menitipkan saya kepada supir dan seorang rekannya, yang memang searah dengan saya, ikut dalam dolmus tsb. Dan ternyata, ongkos saya dibayari. Untuk naik dolmus, ongkos dibayar di depan, langsung ke supir atau keneknya.
Dolmus kemudian memasuki daerah pasar dan banyak ibu-ibu yang naik. Mereka membawa tas yang bentuknya didorong seperti kereta bayi. Mereka menaruh belanja disitu. Unik juga. Saya kemudian diturunkan, di tempat yang ternyata Acropolis. Dari awal, saya memang tidak ingin ke Acropolis karena tiket masuk cukup mahal (20 TL).  
Saya kemudian berjalan dan tidak tahu harus ngapain. Saya melihat ada beberapa taksi yang lewat untuk menuju Acropolis. Awalnya saya ingin berjalan, tapi ternyata jalannya terjal. Dengan bawaan saya, saya pikir, saya tidak kuat. Tapi di sekitar situ juga tidak ada angkutan umum. Waktu di otogar sebelumnya, beberapa bapak memang menyarankan untuk naik taksi. Tapi saya pikir, taksi adalah pilihan terakhir saya. Saya ingin bertanya ke orang lokal, sepertinya mereka tidak dapat berbahasa Inggris. Di sekitar saya, ada ibu-ibu yang sedang ngerumpi, dan ada seorang bapak yang sepertinya sedang menunggu.
Karena tidak dapat ide lain, saya memberanikan diri untuk menyapa si bapak. Dan ternyata, dia dapat berbahasa Inggris, bahkan sangat lancar. Dia berasal dari Pakistan yang sudah lama tinggal di Turki. Dia juga tahu mengenai Indonesia dan pernah bekerja sama dengan orang Indonesia. Wah, ternyata, penilaian saya di awal, salah.
Bapak ini kemudian menawarkan bantuan untuk mencarikan dan menawar taksi, dan dapat dengan harga 10 TL. Ternyata si supir taksi adalah menantunya. Si bapak memberi masukan untuk memaksimalkan daerah yang akan dilihat karena jadual saya yang harus ke Akhisar dan menginap di Izmir. Matahari bersinar cukup terang dan saya mengambil beberapa foto dan mengamati beberapa keterangan tempat. Ada beberapa rombongan turis juga disitu. Saya selesai pkl.12.
Si bapak kemudian membantu saya mengambilkan taksi, untuk diantar turun dan langsung ke terminal Kinik supaya naik bus ke Akhisar. Untuk mengucapkan terima kasih, saya memberikan kain tenun yang saya dapat dari teman peserta workshop dari Indonesia. Dia sangat berterima kasih. Harga taksi 15 TL, karena diantar langsung ke terminal. Kalau dianalisa, ternyata termnial ini tidak jauh dari pemberhentian taksi dan dapat dijalani dengan jalan kaki. Karena sudah terlanjur, saya bayar saja.
Saat itu, perut saya pun keroncongan, karena belum makan nasi sejak hari Minggu di Istanbul. Saya mencari rumah makan yang menyediakan nasi dan ketemu. Karena tidak ada menu pilihan ikan, saya memilih ayam. Harga nasi dan ayam, 11 TL.
Di terminal bus, menunggu muatan dulu. Bus berangkat pkl.14.00, dan ternyata tidak langsung ke Akhisar, tapi ke Soma dulu, dari Soma akan ke Akhisar (@ 7,5 TL). Setibanya di Akhisar, seharusnya saya dapat menitipkan tas dulu di terminal tsb, tapi karena belum paham, saya bawa saja.
a.             Akhisar
Tujuan saya adalah Tepemezari. Saya bertanya ke orang lokal dan disarankan naik dolmus (1,75TL). Supirnya masih sangat muda. Setibanya di tempat, saya langsung masuk dan ternyata ada penjaganya. Setelah mengambil foto, si pak penjaga menawari saya minum dan saya dapat ke WC gratis. Dari beliau, saya mendapat brosur mengenai Tiatira. Beliau sangat mengapresiasi pengunjung dari Indonesia. Dengan bahasa Inggris yang terbatas, kami berkomunikasi seadanya. Saya sangat tersentuh dengan kebaikan hatinya. Saya memutuskan tidak lama-lama, karena saya juga cukup lelah dan ingin segera ke Izmir untuk mandi dan istirahat.
Saya kemudian menunggu dolmus untuk ke otogar yang ternyata, kalau dijalani, tidak jauh. Saya membayar 1,5 TL untuk dolmus yang saya naiki. Di otogar, saya ketemu lagi supir dolmus yang membawa saya tadi ke Tepemezari. Saya langsung memesan tiket bus untuk ke Izmir (13 TL).
b.             Izmir
Setibanya di Izmir Otogar Station (IOS), saya mencari shuttle bus untuk ke hotel yang sudah saya pesan, yang berada di dekat stasiun KA Basmane. Komunikasi dengan pihak hotel sudah saya lakukan sebelumnya untuk mendapat gambaran dimana tempat hotel tsb. Hotel menginformasikan mengenai shuttle bus free ini. Setelah naik ke bus tsb, saya turun di Basmane. Tidak begitu jauh, saya sudah menemukan Guzel Izmir Oteli. Saya diminta menunjukkan paspor dan membayar sisa booking, yaitu 40 TL. Hotel ini memang cukup mahal untuk kantong saya, namun saya pikir, inilah yang terbaik. Saya harus mendatangi 2 kota lagi dan Izmir berada di tengah-tengah. Hotel ini juga dekat dengan tempat-tempat yang akan saya kunjungi. Izmir adalah kota ketiga terbesar di Turki, setelah Istanbul dan Ankara. Transportasi dalam kota juga menggunakan kartu, seperti di Istanbul, tapi saya tidak punya.
Saya memesan 1 kamar private dengan KM. Hotel menyediakan sarapan dan sebuah komputer yang dapat dipakai gratis oleh pengunjung. Di kamar juga terdapat wifi. Hotel juga dilengkapi dengan lift, namun di hari kedua, lift sempat mati. Saya dapat kamar di lt.4. Resepsionis hotel sangat membantu. Saya tiba sekitar pkl.18.30. TL saya sudah hampir habis, padahal money changer yang dekat dengan hotel, akan tutup pkl.19.00. Di hotel, ada penukaran uang juga, namun tidak seperti di money changer. Saya tuker 50 EUR ke 125 TL.
Saya kemudian mandi dan bersiap-siap untuk mengejar sunset di Kordon. Menurut resepsionis, saya hanya perlu berjalan sekitar 1 km, dan lurus saja, dan akan segera ketemu. Dengan PD-nya saya berjalan, namun kok saya jadi ragu. Akhirnya, saya membelok. Namun, saya menemukan 2 hal penting, yaitu Agora dan Sardis, yang sedang direnovasi sehingga tertutup. Saya hanya mengambil fotonya saja. Karena penasaran, saya bertanya ke orang lokal, dimana arah Kordon. Ternyata, sesuai dengan petunjuk resepsionis hotel. Saya sudah benar, tapi karena keraguan, jadi nyasar.
Tiba di Kordon, sunset sudah lewat (20.30), namun masih mendapat pendar-pendarnya. Saya berjalan-jalan di sekitar situ dan mendapat view yang bagus dari Clock Tower, air yang meloncat, masjid, dan bangunan yang menarik. Saya ingin makan malam, tapi bingung mau makan apa. Akhirnya memutuskan kembali ke hotel saja dan istirahat. Ternyata, di dekat hotel, banyak polisi karena sudah beberapa hari ada protes yang digelar di daerah tsb (Konak square). Awalnya sempat khawatir juga, tapi ternyata tidak ada masalah.
D2 (2 Juli): Alasehir (Filadelfia) & Sart (Sardis), menginap di Nur Pension, di Selcuk
Hari ini saya akan mengunjungi dua kota, dan menginap di kota berbeda. Sarapan mulai pkl.07.30 sehingga saya berangkat setelah itu. Sarapan saya sederhana, hanya mengambil roti yang dicampur mentega, corn flakes, dan telur rebus. Ada beberapa pengunjung lokal dan negara lain yang juga menginap. Saya check out dan titipkan tas di hotel dan mereka memiliki ruangan khusus untuk itu. Karena lift mati, saya harus menggunakan tangga dan menaruh backpack saya di ruangan tsb.
a.             Alasehir
Menurut resepsionis, saya akan naik shuttle bus free lagi seperti hari sebelumnya. Hanya tinggal menunggu dan akan dibawa ke otogar (stasiun bus) Izmir. Ketika saya jalan ke depan, saya tidak menemukan shuttle bus yang dimaksud. Saya juga sudah tanyakan ke petugas penjual tiket bus yang banyak disitu, namun dia menyatakan bahwa saya harus naik angkutan umum. Ternyata, saya harus beli tiket bus dulu di tempat-tempat penjualan tiket tsb, setelah itu, mereka akan antar ke stasiun. Hal ini baru saya ketahui kemudian.
Saya tidak siap dengan situasi ini, karena saya belum cari tahu angkutan apa untuk menuju otogar tsb. Saya kemudian hanya berjalan dan akhirnya ketemu orang lokal yang seperti saya ceritakan di atas, mengantar dan memastikan saya naik angkutan umum yang benar dan membayari ongkos saya karena saya tidak punya kartu untuk baik bus. Singkat cerita, saya tiba di otogar pkl.10.30. Saya segera membeli tiket bus ke Alasehir (17TL) dan berangkat pkl.11.00.
Alasehir dapat dicapai dalam 2 jam, saya tiba pkl.13.00. Tujuan saya adalah St. John’s Church. Saya kemudian bertanya ke orang lokal dan dikatakan bahwa saya dapat jalan kaki saja untuk mencapai tempat tsb. Beberapa kali bertanya, akhirnya saya tiba di tempat tsb, pkl 14.00. Saya tidak menemukan penjaga sehingga saya hanya masuk dan mengambil foto. Setelah saya, ada rombongan turis juga yang datang. Tidak lama setelah itu, saya langsung kembali ke stasiun bus dan menuju Sart (7TL). Karena belum makan siang, saya beli pisang 2 buah seharga 3 TL.
a.             Sart
Perjalanan ke Sart ditempuh dalam waktu 1 jam, tiba pkl.15.30. Tujuan saya adalah gymnasium dan synagogue. Dari turunnya bus ke tempat tsb, tidak ada angkutan umum, jalan kaki sekitar 500m. Tiket masuk adalah 8TL, dan dapat diteruskan ke kuil artemis, sekitar 1 km lagi. Karena panas, tidak ada angkutan, dan waktu tidak banyak, saya tidak mengunjungi kuil artemis.  Di tempat ini, saya mengambil beberapa foto dan menikmati keterangan yang tersedia di papan informasi. Setelah itu, saya kembali berjalan untuk naik bus menuju Izmir lagi. Saya kemudian makan pizza yang terbuat dari jagung dan keju seharga 4TL. Rasanya lezat sekali.
Dari Sart ke Izmir ditempuh dalam 1 jam dengan harga 10TL. Saya kembali tiba di otogar Izmir pkl.18.30. Kembali saya naik shuttle bus free ke Guzel Izmir Oteli, namun harus mengantri mendahulukan penumpang lain yang memang memiliki tiket bus dari bus yang mereka beli tiketnya. Saya sendiri tidak membeli tiket dari bus-bus tsb, namun tetap dibawa. Awalnya, saya ingin naik kereta api (KA) dari Basmane (stasiun KA) Izmir ke Selcuk, namun jadual terakhir adalah pkl.19.10 sehingga sudah lewat. Saya tiba kembali di hotel pkl.20.00. Saya meminta saran ke resepsionis hotel dan disarankan untuk naik bus kecil saja. Saya tuker uang dulu karena TL saya sudah habis, dan 50 EUR = 120 TL, kurang dari yang sebelumnya. Resepsionis me-refer saya untuk naik bus Kamilkoc dan dapat harga 9TL. Kembali lagi, saya naik shuttle bus ke otogar Izmir, dari situ naik mini bus (lebih besar dari dolmus) ke Selcuk. Saya tiba di Selcuk pkl.22.30.
b.             Selcuk
Hubungan dengan pengelola Nur Pension, yaitu Ayako dan Ramazan, sudah saya lakukan jauh hari sebelumnya. Saya dapat rekomendasi tempat ini dari buku “2,5 juta keliling Turki”. Ramazan akan menjemput saya di train station awalnya, namun karena perubahan waktu, saya telfon dengan menggunakan telfon di Guzel Izmir Oteli. Ramazan kemudian memastikan, bahwa dia akan menjemput saya di stasiun bus Selcuk. Dan setelah saya turun dari minibus, Ramazan langsung mengenali saya. Karena saya hanya menginap semalam dan besok saya harus meneruskan perjalanan ke Pamukkale, saya segera membeli tiket bus, dan mereka masih buka. Saya membeli tiket bus Pamukkale seharga 30TL.
Untuk penginapan, saya mengambil dormitory dengan 5 bed, dengan harga 10 EUR. Karena masih punya euro, saya bayar dengan euro. Saya baru ngeh kalau dormitory ini, dapat ditinggali oleh laki-laki dan perempuan dalam 1 kamar. Hahaha, shock juga. Teman satu kamar saya adalah laki-laki, usia sekitar 50-an tahun, berkebangsaan Italia. Dia sudah pernah mengunjungi Indonesia dan tahu beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Kami hanya berdua di kamar tsb. Si bapak sudah menginap di pension ini kurang lebih 1 minggu dan memilih tempat tidur pojok kanan dan saya memilih opposite, dekat pintu. Ramazan kemudian memperkenalkan saya pada Ayako, istrinya yang berkebangsaan Jepang. Wajah Ramazan sendiri terlihat bule dengan rambut pirang, agak berbeda dengan penampakan Asia orang-orang Turki lain.
Di Selcuk, saya hanya 1 hari sehingga Ramazan menyarankan saya untuk ikut tur saja, yaitu tur Efesus. Termasuk di dalamnya adalah mengunjungi Rumah Maria, Efesus, kuil Artemis, tiket masuk semua tempat, transportasi (diantar jemput), dan makan siang, dengan harga 100TL. Beberapa teman yang melakukan tur yang sama di musim lain, dapat harga 70TL. Namun karena summer, saya pikir worthed dan saya pun mengikuti sarannya. Ramazan kemudian menelfon temannya dan dipastikan saya dapat ikut dan akan dijemput di pension pada pkl.09.30 besok. Di dormitory ini, saya dapat breakfast, dengan fasilitas standar yaitu kamar mandi luar yang digunakan bersama yang lain, dan disediakan handuk dan sabun.
D3 (3 Juli): Selcuk (ikut 1 day tour ke Efesus), menginap di Artemis Yoruk, di Pamukkale
a.             Selcuk
Saya sarapan yang disediakan oleh Ayako, dengan beberapa macam buah, roti, dan teh. Saya juga meminjam setrika untuk menyetrika beberapa pakaian saya yang belum disetrika. Pkl.09.30, saya dijemput oleh pihak tur dengan mobil kecil, dengan tur leader yang bernama Alicia. Selama perjalanan, saya ngobrol dengan Alicia yang memang bekerja secara freelance, tidak bergabung dengan tur/grup besar. Bagi dia, tur/grup besar sering meminta para guide untuk bekerja terus menerus sehingga tidak memiliki waktu istirahat. Apalagi kalau summer seperti ini, mereka akan diminta untuk menemani tamu terus menerus. Alicia kemudian memutuskan untuk bekerja freelance saja.
            Kami kemudian menjemput teman jalan yang lain. Teman jalan saya dalam tur ini adalah 4 wanita dari China, yang ternyata setelah berkenalan lebih jauh, hanya 1 yang dapat berbahasa Inggris, walaupun masih terbata-bata. Mereka adalah 4 orang ibu-ibu, yang tidak terlihat kalau sudah berusia di atas 40 tahun. Kulit mereka bersih dan putih, masih seperti usia 20 tahun. Wow, luar biasa. Kami menggunakan mobil sejenis APV.
            Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah rumah Bunda Maria, melewati Aysoluk Hill, ke Efesus, tempat pembuatan keramik, makan siang, dan ke kuil Artemis. Karena summer, begitu banyak turis yang mengunjungi tempat-tempat ini. Bus-bus besar dan berdesakan kami rasakan ketika mengunjungi rumah Bunda Maria.
            Di rumah Bunda Maria, Alicia menjelaskan secara terperinci kenapa tempat ini dipercayai sebagai rumah Bunda Maria setelah penyaliban Yesus Kristus. Maria waktu itu, dititipkan kepada Yohanes, salah satu murid Yesus. Dan dipercayai, bahwa Yohanes membangun sebuah rumah untuk Maria, dekat dengan kota pelabuhan Efesus, namun tidak dekat hiruk pikuk kota. Disini, ketika masuk ke dalam rumah, kita tidak diijinkan untuk mengambil foto. Di dalam rumah, banyak orang ikut berdoa, dan saya pun ikut berdoa. Setelah itu, kita dapat memasukkan sumbangan di kotak yang disediakan. Keluar dari rumah, ada tempat untuk menyalakan lilin dan berdoa. Kami pun melakukannya. Berjalan ke pintu keluar, ada air yang dapat diminum dan dipercaya dapat menyembuhkan. Tidak jauh dari situ, terdapat dinding untuk meletakkan doa dan harapan kita yang kita tulis dahulu. Saya pun mengikuti hal ini.
D4 (4 Juli): Denizli (Laodikia) - Pamukkale, menginap di bus malam
a.             Laodikia
Hotel menyediakan breakfast sejak pkl.07.00, tapi saya baru start pkl.08.00. Makanan yang tersedia standar, mirip dengan hotel lain. Disini, ada ibu-ibu yang membuat seperti roti tipis begitu dan tamu dapat mengambil free. Saat sarapan, saya bertemu dengan teman peserta workshop juga yang berasal dari Mexico. Dia baru tiba pagi ini dan akan ikut tur.
Setelah sarapan, saya check out dulu dan backpack saya taruh di tempat yang telah disediakan. Saya kemudian menunggu Mustafa yang berjanji mengantar saya. Saya menunggu di ruang tunggu yang menyediakan teh dan bacaan untuk tamu. Sambil menunggu, saya berkenalan dengan traveler lain dari Spanyol dan Korea. Mustafa datang dan kami naik motor dan tiba di Laodikia, sekitar 20 menit. Tiket masuk adalah 10TL. Kami ke tempat informasi dulu dan dijamu teh. Disini, kita dapat meminjam peta mengenai Laodikia atau membelinya. Karena meminjam, setelah selesai, saya kembalikan.
Saat ini, Laodikia masih dalam tahap ekskavasi. Penelitian terus menerus dilakukan dan menurut informasi, tempat ini luas sekali dan akan dibuat seperti Efesus. Kota ini adalah kota terakhir dari 7 ancient cities dan saya sangat puas dapat menjalani ketujuhnya. Kesimpulan saya adalah semua kota mirip susunannya, dimana ada theater, agora (pasar), kuil artemis, dan perangkat kota lainnya. Efesus dan Acropolis termasuk yang terbesar dan terlengkap, sedangkan yang lain yang tersisa hanya sebagian kecil saja.
b.             Pamukkale
Karena bus saya ke Gerome dari Denizli berangkat pkl.21.00, saya punya banyak waktu di Pamukkale. Mustafa menyarankan saya ikut paragliding dari tur yang dia bekerja di dalamnya. Saya tertarik dan mengiyakan. Saya tidak punya euro lagi, dan TL saya sudah habis, hanya punya USD. Untuk paragliding, saya membayar 130TL, dan memberi 100USD, dengan rate yang tidak terlalu bagus (1USD = 1,75TL). Setelah membayar, saya kemudian dijemput dengan mobil, beserta guide saya, Adam. Kami dibawa ke sebuah bukit dan melakukan persiapan. Saya diberikan helm dan bantalan untuk kaki dan tangan saya. Adam membawa kamera untuk foto dan rekam sehingga kadang saya diminta untuk memegang. Perasaan saya dag-dig-dug, karena ini pengalaman pertama kali. Tapi saya ikut saja petunjuknya.
Adam menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, seperti parasut dan kamera. Dia meminta saya untuk terus berlari sehingga parasut dapat mengembang dengan baik. Saya diminta untuk berlari menuju bendera merah yang memang sudah ada disitu sebelumnya. Dan...saya pun melayang J Rasanya amazed. Kami berada di ketinggian sekitar 20 menit. Kami berteriak ke orang-orang di bawah kami, “Hello...” dan melambaikan tangan. Hamparan travertines terlihat sangat kecil dan kami berputar mengelilingi. Saat mendarat, saya agak jatuh, namun baik-baik saja.
Dari situ, kami kembali ke kantor Adam untuk melihat video dan foto. Bagus-bagus. Adam akan mem-burn ke CD dan saya diminta membayar 50TL lagi. Saya pikir, worthed lah. Setelah itu, saya agak pusing karena darah rendah saya dan belum makan. Bersama Mustafa, kami makan siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari situ. Saya memesan ramen, karena ingin merasakan makanan Asia.
Mustafa kemudian meminta salah seorang temannya untuk mengantar saya ke Hierapolis (di dalamnya, termasuk travertines) dari pintu utara sehingga tidak terlalu capek untuk mendaki jika masuk dari pintu selatan. Dia sendiri ada pekerjaan. Temannya mengantar dengan motor. Saya membayar 20TL untuk masuk tempat ini. Karena cuaca panas sekali, saya menunggu dulu untuk masuk dan berkenalan dengan tur guide yang sedang memandu rombongan. Setelah itu, saya masuk dan mengambil foto saja. Karena kondisi kesehatan saya juga agak menurun, saya tidak pergi ke tempat-tempat yang butuh jalan kaki agak jauh. Saya juga tidak mandi di travertines. Banyak wisatawan yang mandi disini. Saya hanya mengambil foto saja. Saya ingin masuk ke museum, tapi ternyata bayar lagi (5 atau 10 TL, saya lupa). Saya pikir, tidak usah saja, karena saya juga harus menghemat untuk next trip. Pkl.19.00 saya sudah kembali ke hotel. Sebenarnya saya ingin menunggu matahari terbenam, tapi waktunya tidak mungkin.
Dari hotel, ada shuttle bus menuju Denizli. Entah kenapa, sempat berbalik dan waktu tiba di Denizli sudah mepet sekali sehingga saya harus berlari-lari menuju bus Metro ke Goreme.
D5 (5 Juli): Goreme (Cappadocia) (ikut 1 day tour, yaitu green tour), menginap di bus malam
            Perjalanan dari Denizli ke Goreme ditempuh dalam waktu 9-10 jam, tiba pkl.07.00. Saya sempat ragu apakah tetap akan jalan karena suhu tubuh saya agak demam. Saya juga tidak akan menginap disini sehingga harus benar-benar fit. Setibanya di Goreme, saya dihampiri oleh seorang bapak untuk menanyakan akan menginap dimana dan menawarkan beberapa tur. Saya sebenarnya sudah tertarik untuk ikut green tour, hanya harganya yang belum pas. Saat di Pamukkale, si anak yang menawarkan saya tur juga sempat menawarkan tur ini dengan harga 100TL, tapi saya tolak. Kebanyakan traveler bilang, bisa dapat 70TL, tapi ya itu, kalau summer, semua mahal. Karena TL saya tinggal 100, saya tawar ke si bapak green tur 100TL, si bapak kekeuh dengan 110TL. Akhirnya, saya setuju dengan 100TL dan 5 EUR yang terakhir yang saya punya. Di kantong saya, saya hanya punya beberapa receh yang harus saya hemat. Di dompet, masih ada USD, namun rate di tempat ini tidak terlalu bagus. Saya pikir, saya akan tukar di Taksim saja, di Istanbul dan pasti dapat rate bagus.
            Setelah harga disepakati, tur akan mulai pkl.09.30. Saya kemudian menuju toilet umum dan mandi ala kadarnya. Segarnya air membuat tubuh saya segar dan merasa fit. Waktu yang ada saya gunakan untuk berjalan-jalan ke pusat kota dan kembali ke station tsb. Pkl.09.30 bus datang dan menjemput saya. Di dalam mini van, kami 15 peserta dengan seorang tour leader bernama Ali. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah sebuah bukit dimana kita dapat melihat kota Goreme dan sekitarnya, kota bawah tanah, Selime Cathedrale, Ihlara Valley, tempat pembuatan batu perhiasan, dan pigeon valley. Termasuk di dalamnya, makan siang di sebuah restoran (lupa namanya) yang memiliki fasilitas wifi.
            Di kota bawah tanah, menarik sekali bahwa peninggalan seperti ini dirawat dan dijadikan tempat wisata. Di Selime, ada tempat yang pernah akan menjadi tempat syuting Star Wars, namun tidak jadi karena kebijakan pemerintah Turki. Sebelum ke Ihlara Valley, kami makan siang dahulu. Disini, untuk minum, kita membayar sendiri. Untuk makan, sangat memuaskan. Kita disuguhkan sup dengan roti, salad, nasi dan lauk, juga es krim, dan teh. Ihlara valley sangat menarik karena dikelilingi oleh bukit dan pemandangan yang menakjubkan. Kami juga mampir ke sebuah gereja (Agacalti) dan menemukan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa peristiwa di Alkitab. Sepanjang jalan, ada sungai yang mengalir tenang dan kami pun menyempatkan diri untuk berhenti sejenak dan beristirahat di sungai tersebut. Di Pigeon Valley, kami tidak terlalu lama karena sudah lelah juga. Kami selesai pkl.18.00 dan kembali ke stasiun bus. Pkl. 19.00, bus Metro menjemput saya untuk ke Nevsehir, untuk saya lanjutkan ke Istanbul.
 


 Regards,
Natalina

GUNUNG BROMO -

Gunung Bromo Lukisan alam terindah di Jawa Timur.


hening dan tenang ketika menyaksikan keindahan Gunung Bromo.

Menikmati pagi di Bromo menjadi impian bagi sebagian orang. Suasana yang hening, dingin, pemandangan yang dashyat plus tradisi lokal yang terpelihara menjadi daya tarik Bromo yang abadi. Jawa Timur memang beruntung memilikinya. Bromo terletak sekitar 85 km dari Surabaya. Daerah ini bisa dijangkau dari Probolinggo atau Malang. Jalur normal biasanya dari Probolinggo. Adapun dari Malang, kita harus melewati lautan pasir dengan pilihan dan jumlah kendaraan yang terbatas.

Di Bromo, orang biasa menyaksikan terbitnya matahari di sela Gunung Bromo jika dilihat dari lereng Gunung Pananjakan. Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif dan memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut.


suasana pedesaan yang hening dan tenang disekitar desa Tengger.

Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi terbaik di Indonesia karena alam yang sangat indah dan keunikan budayanya. Di Bromo sudah banyak tersedia akomodasi yang memadai. Jika berkunjung pada bulan Kesada (bulan dalam kepercayaan masyarakat Bromo), kita bisa menyaksikan ritual Kesada, berupa upacara melarung hasil bumi ke kawah Gunung Bromo yang bergolak. Bagi penduduk Bromo, yaitu suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan upacara dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari, setiap bulan purnama.


Transportasi menggunakan jeep 4WD inilah yang membuat Bromo unik & menantang.


TRANSPORTASI

Menuju Bromo

Transportasi menuju Bromo dari Surabaya bisa dikatakan sangat mudah. Di Surabaya tersedia banyak transportasi, baik bus atau mobil sewaan. Pejalan mandiri sangat disarankan menyewa mobil dari Surabaya. Sewa mobil dengan mudah didapatkan di Bandara Surabaya. Tarif sewa mobil ini sekitar Rp550.000 per hari sudah termasuk bahan bakar dan sopir. Lama perjalanan dari Surabaya ke Bromo sekitar empat hingga lima jam. Lamanya perjalanan disebabkan kita harus melewati kota Porong yang macet akibat bencana lumpur Lapindo.

Jika ingin menuju Bromo dengan transportasi umum, dari Bandara Juanda kita bisa naik taksi menuju Terminal Purabaya/Bungurasih Surabaya. Tarifnya sekitar Rp40.000 hingga Rp50.000. Di terminal ini, carilah bus menuju Terminal Bayu Angga Probolinggo. Jika masih bingung, bertanyalah pada penjual tiket. Ongkos bus sekitar Rp50.000 untuk bus tanpa AC dan Rp80.000 untuk bus ber-AC.


Get lost is Good..

Untuk menuju Surabaya, naik pesawat terbang adalah polihan terbaik karena menghemat waktu. Bahkan, kita bisa menghemat biaya jika mendapatkan tiket promo. Namun, jika ingin lewat jalur darat, ada beberapa pilihan bus dari Jakarta menuju Probolinggo. Misalnya saja bus Lorena atau Pahala Kencana jurusan Jakarta–Probolinggo, dengan tarif Rp220.000–Rp250.000 dan turun di Terminal Probolinggo. Namun, jika Anda mulai dari Terminal Bungurasih, naiklah bus jurusan Probolingga dan turun di terminal.

Dari Terminal Probolinggo, naiklah mobil elf atau mobil khusus menjuju kawasan Cemoro Lawang dengan tarif Rp25.000. Sayangnya, mobil ini punya waktu operasi, hanya pukul 08.00–14.00 Dan, ingatlah bahwa elf ini baru berangkat setelah penumpang penuh.


Great Sunrise di Gunung Pananjakan, jangan sampai terlewat gan..

Menyewa mobil dari Surabaya menuju Bromo sangat disarankan. Selain menghemat waktu, perjalanan pun menjadi simpel karena angkutan umum dari Surabaya menuju Bromo agak sulit.

Selama di Bromo


Menikmati Sunrise sejak Subuh di Gunung Pananjakan

Untuk menaiki Bukit Pananjakan, kita sebaiknya menggunakan Jeep. Jika tidak menggunakan Jeep, mobil bisa-bisa amblas di medan pasir. Jeep memang bisa melewati medan berpasir dan tikungan selama perjalanan ke Bromo. Untuk itu mintalah tolong kepada pihak hotel atau tempat kita menginap untuk mencarikan Jeep karena mereka biasanya sudah bekerja sama dengan penyewaan Jeep. Satu hal yang perlu diingat, saat upacara Kasada (yang diselenggarakan setiap bulan Agustus atau September), kita harus memesan mobil jauh-jauh hari.

Jadwal menyewa Jeep dengan rute normal (penginapan–Cemoro Lawang–Pananjakan–Gunung Bromo–penginapan) adalah pukul 03.30–08.00 WIB. Tarifnya sekitar Rp350.000–Rp450.000 untuk mobil berkapasitas 5–6 orang. Tarif ini bukan harga mati alias bisa ditawar. Jika punya tujuan lain, ktia bisa bernegosiasi langsung dengan sopir. Untuk diantar ke savanna atau bukit teletubbies, kita harus menambah ongkos sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000.


bersepeda di pagi hari juga salah satu aktivitas yang wajib dicoba di Gunung Bromo.

Ingat!

Cuaca Bromo sangat dingin, bahkan bisa sangat dingin saat subuh. Padahal kita berangkat ke Pananjakan Bromo untuk melihat matahari terbit pada waktu subuh. Jadi, jangan lupa untuk membawa beberapa peralatan wajib seperti:

Ø Jaket tebal, sweter

Ø Sarung tangan

Ø Kaos kaki

Ø Penutup kepala

Ø Sepatu (jangan mengenakan sendal)

Ø Celana panjang (bukan celana pendek)


OBJEK WISATA

Bromo adalah tempat wisata yang sangat ideal bagi warga kota yang ingin melepas penat karena semua objek wisatanya bisa dikunjungin dalam waktu satu hingga dua hari saja. Berikut ini adalah beberapa objek wisata yang bisa kita kunjungi.


jalan setapak menuju ke bukit Teletubies.


Menikmati Sunrise di Pananjakan

Menyaksikan matahari terbit adalah momen terbaik menikmati alam Bromo. Agar bisa menikmatinya, kita harus berangkat naik Jeep dari penginapan pukul 03.00 menuju Penanjakan. Mobil bisa kita sewa di penginapan. Atau, jika ingin menikmati pemandangan secara alami dan menyehatkan, kita bisa berjalan melewati jalan setapak menuju Penanjakan. Namun, untuk perjalanan seperti ini, kita sebaiknya menyewa pemandu yang sudah terbiasa menghadapi jalan dan medan di Bromo

Di bukit Pananjakan kita bisa melihat Gunung Bromo dari atas, juga gunung batok dan gunung Semeru. Saat matahari terbit, kabut masih menyelimuti bagian bawah Gunung Bromo sehingga panoramanya indah dan terasa penuh mistik

Lautan Pasir

Setelah menikmati sunrise, kita menuruni bukit menyaksikan lautan pasir yang sangat indah, seluas 15 km2 di kaki Gunung Bromo. Di lokasi ini ada tempat yang dinamai Pasir Berbisik karena di sanalah syuting film Pasir Berbisik diadakan. Di sini juga terdapat kuil Hindu yang konon tidak hancur saat Bromo meletus.



Kaldera Bromo

Agar bisa menikmati kaldera atau kawah Gunung Bromo, kita harus berjalan dari pura sejauh dua hingga tiga kilometer. Namun, jangan takut. Di sini kita bisa menyewa kuda dari penduduk Tengger dengan biaya Rp50.000–Rp70.000. Namun, begitu tiba di tempat tujuan, kita masih harus menaiki sekitar 300 anak tangga untuk sampai di bibir kawah.


Fotografi dan Artikel oleh Barry Kusuma
www.alambudaya.com (My travel journey, lets explore beauty of Indonesia)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Twitter @BarryKusuma